Kamis, 30 Desember 2010

Aborsi: Fenomena yang Makin Nggegirisi



SEBUTAN 'kota kumpul kebo' --didasar­kan penelitian seks Eko Sulistiyo tahun 1983-- jelas ngawur. Begitu juga temuan Iip Wijayanto yang menyebut 97,05 persen ahasiswi Yogya hilang kegadisannya, dianggap tidak valid. Banyak kalangan menentangnya.
Toh begitu, bukan berarti temuan kedua peneliti itu tidak berdasar. Eko tidak salah, karena memang ada mahasiswa yang kumpul kebo. Mahasiswi yang sudah tidak virgin akibat pergaulan bebas, juga bukan sekadar kisah. Memang nyata ada.
Bukan rahasia lagi, pergaulan sebagian remaja Yogya tidak sehat. Data Konseling PKBI DIY, Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) pada rema­ja selama kurun 2007, tercatat 460 kasus. Terjadi peningkatan 30 kasus dibanding tahun 2006, yang berjumlah 430 kasus. Dart jumlah tersebut, paling banyak terjadi pada mahasiswi, 231 kasus. Mencengangkan lagi, siswi SMP pun ada yang ketiban sial. Ada 12 orang mengalami KTD. Setiap bulan (kecuali Februari dan Maret), ada siswi SMP hamil. Data hasil laporan remaja yang curhat ke PKBI. Tak semua remaja yang hamil di luar nikah berani cerita ke orang lain. Ada yang menyimpan kehamilannya. esimpulannya, berarti jumlah KTD jelas lebih banyak.
Hamil di luar nikah memang 'menakutIcan'. Apalagi bagi remaja. Dan ketika itu terjadi, aborsi menjadi pilihan. Dari tahap ringan --membeli jamu pelancar haid-- hingga kelas berat: ke dukun atau dokter.

Menurut Suharsih, Koordinator Program Pusat Studi Seksualitas (PSS) PKBI DIY, kehamilan yang terjadi pada remaja, akibat tidak paham terhadap kesehatan reproduksi. "Mitos seksualitas masih berkembang di remaja kita.
Misalnya, setelah berhubungan badan lalu makan nanas muda atau loncat-loncat, biar tidak hamil. Ada juga yang percaya, hubungan badan pertama kali, tidak akan hamil," terang Suharsih.
Dan ketika terjadi kehamilan, jalan pintas yang dianggap ideal: melenyapkan janin. Alias aborsi. Banyak alasan kenapa itu dilakukan.
"Ketahuan orangtua, jelas bakal dimarahi. Menikah, kami belum siap. Terpaksa aborsi," kata Dew, mahasiswi sebuah PTS, yang menghi­langkan janin berusia sekitar 1,2 bulan dengan minum ramuan khusus, yang dibeli di toko obat.
Realitas ini ( banyak cewek hamil), die ndus 'pelaku      Iklan pun dipajang di pinggir­pinggir jalan. Bahkan di koran. Tanpa basa-basi lagi, iklan langsung menukik ke persoalan: Telat bulan, hubungi 081..., misalnya.
Banyak alasan, kenapa orang bisnis aborsi. Noy, sebut saja begitu. Cowok 26 tahun asal Surabaya yang menimba ilmu di sebuah PTN Yogya iru mengungkap, keterlibatannya di bisnis aborsi lantaran dendam. Beberapa tahun silam, adiknya yang masih SMA di Surabaya, hamil. Cowoknya tak bertanggung jawab, kabur. "Kami sangat terpukul, apalagi bila aib iru terungkap. dan diketahui, tetangga," ungkapriya.
Sebagai seorang kakak, Noy tak mau adiknya kehilangan masa depan. Sebelum semua teijadi, Noy cari informasi tentang aborsi. Dia dapat info ada obat impor yang saat itu hanya ada di Jakarta.

Cowok bertubuh junkis ini pun langsung mela­cak dan mencarinya di Jakarta. Akhirnya ketemu obat yang dimaksud. Selama peijalanan --dengan kereta pulang dari Jakarta ke Surabaya-- logika jalan: bahwa banyak cewek mengalami kehamil­an tak dikehendaki.
Alangkah kasihan mereka, pikir Noy. Apalagi keluarganya pernah merasakan sendiri betapa berat beban yang harus disandang akibat kehamilan sang adik. Pemikiran instant itu yang lantas menggiringnya masuk ke bi sins aborsi. Apalagi dia sudah tahu dan mengenal agen obat­nya di Jakarta.
Jadilah dia agen aborsi. Kebetulan, di Yogya banyak pelajar dan mahasiswa mengalami ke­hamilan tak dikehendaki (KTD). Noy sendiri lu­pa, jumlah pasien yang sudah ditangani.
Bentuk obatnya, butiran-butiran kecil. Dipaparkan, per keterlambatan 1 minggu, dosisnya 1 tablet dimasukkan melalui hang vagina. Asal belum lewat 3 bulan, dijamin janin rontok dalam waktu maksimal 6 jam.
Ada persyaratan yang entah ada teorinya, atau mengada-ada. Osy (24), sebut saja begitu, pernah menggunakan jasa Noy. Cewek asal Magelang yang bekerja di Yogya ini pernah terlambat 5 minggu. "Aku terpaksa melakukan itu karena sebelumnya tak ada komitmen dengan partnerku. Hubungan kami aneh, hanya ketemu ketika sama-sama out A. Daripada pusing, aku cari jalan pintas," kisahnya.
Peristiwanya dua tahun silam. Cewek berkulit putih bersih ini mengungkap, sebelum melaku­kan transaksi, Noy menemuinya di sebuah kafe. Diajak bicara dari hati ke hati. "Dia sebenarnya juga minta agar aku berpikir ulang dan minta cowok yang berbuat bertangg-ung jawab. Tapi aku bingung, hams minta pertanggung jawaban ke siapa, karena kami tak pernah berkomitmen," ungkapnya lagi.
Akhirnya disepakati prosesi aborsi di sebuah hotel dekat kampus terkenal. "Noy sekali lagi minta, agar aku didampingi cowokku saat proses. Aku bilang, nggak ada cowok. Dia minta seperti itu karena sebelum obat dimasukkan, aku harus orgasme dulu. Untuk mempercepat proses. Ya, akhirnya aku ML sama dia (lulu sebelum obat dimasukkan," katanya blak-blakan.
Dan benar, kurang dari 6 jam setelah obat dimasukkan, proses berhasil. sebelum menggunakan jasa Noy, Osy sudah mencoba cara lain. Termasuk dengan ramuan sinse.
Tapi, kini Osy cemas. Ketika sudah punya cowok beneran dan sepakat serius menempuh perkawinan, dia khawatir kesuburan rahimnya kena efek obat yang digunakan dua tahun silam. ' "Saat ini kami ingin hamil untuk mempercepat proses pernikahan. Tapi kok belum juga ada tanda-tanda. Aku takut mandul karena efek obat yang dulu," ungkapnya.

Banyak Tipu-tipu
MODUS bisnis aborsi sangat beragam. Ada yang nyata, tak sedikit pula apus-apus. Rumi (27), nama samaran seorang sarjana teknik lulusan PTN terkenal di Jateng. Gara-gara teibujuk metode transfer janin, dia harus kehilangan uang jutaan rupiah . Diembat seorang oknum paranor­mal Solo.
"Kebetulan aku punya teman yang sudah seperti saudara sendiri. Sudah beberapa tahun menikah, tapi belum dikaruniai keturunan.
Tahu pemasalahanku, lantas kami perinisiatif mendatangi seorang paranormal yang mengaku bisa transfer janin. Tujuan kami, memindahkan janinku ke rahimnya," kisahnya
Peristiwanya sekitar 7 bulan silam. Uang jutaan rupiah sudah telanjur digelontorkan. Tapi, tak ada hasil. Malah ketika dimintai pertanggungjawaban, si paranormal berkelit dan mencari-cari alasan yang tidak masuk akal.
Pilihan upaya transfer janin, dianggapnya paling aman. Tidak ada unsur membunuh, serta  menolong orang lain yang sangat ,butuh momongan. Tapi, hasilnya
nol besar.
"Aku tak mau dengan cara medis. Takut ke­tahuan identitas keluargaku," tutur cewek yang • memang dari keluarga ternama itu.
Gagal ikhtiar irasional, Rumi pilih melanjutkan kehamilan. Dia sendirian harus menanggung risiko akibat. KTD. "Aku memutuskan single parent karena alasan prinsip dan harga diri. Sebenarnya dia (ayah dari sang bayi) mau menikahi dengan satu persyaratan. Tapi, bagiku ini sangat prinsip dan aku merasa dilecehkan," tuturnya.

Pemerintah Harus Bertanggung Jawab
Apa yang bisa di ambil dari fenomena ngge­girisi ini?
"Negara harus bertanggung jawab terhadap kenyataan Mi. Salah satunya dengan memasukkan, agar pelajar SMF dan SITA mendapat pelajaran kesehatan reproduksi. Kalau disosialisasikan lewat rumah, biasanya dianggap tabu," saran Suharsih.
"Kita sempat mengundang guru-guru, dan mereka sepakat dengan itu. Namun mereka mengaku tak bisa mengambil kebijakan. Karena sudah ditentukan dari pusat," tambah Suharsih.
Semoga saja kesehatan reproduksi cepat dijadikan mata pelajaran di sekolah. Biar aborsi tidak menjamur. Dar/Lat

Sex in the Kost, Realitas dan Moralitas Sex "Kaum Terpelajar" Yogyakarta



 
Tak perlu bersusah-susah memang untuk dapat tidur bareng dan berhubungan badan,kalau Anda seorang mahasiswa dan punya daya tarik terhadap wanita,sisi apapun itu.
cukup anda berpura-pura jatuh cinta dan pacari orang yang anda inginkan,setelah dia benar-benar jatuh hati datangi saja kos-kosannya atau ajak ia ke kost anda atau bila anda punya modal cukup anda bisa cek in di losmen atau hotel berdua.
Fenomena seperti itu adalah salah satu yang kerap terjadi di kehidupan kos-kosan.
pergaulan yang cenderung bebas,budaya segan atau "pekewuh" antar teman dan longgarnya aturan sebagian pemilik kost menjadi celah terjadinya hubungan sex diluar nikah antar mahasiswa.
melalui bukunya yang berjudul "sex in the kost" Iip Wijayanto tidaklah mengada-ada bila ia menulis 97 % lebih mahasiswi di suatu kota sudah tidak perawan lagi!.
semua yang ditulisnya adalah hasil survai dan pengamatannya selama 6 tahun lebih di banyak tempat kost yang pernah ditinggalinya.
Banyak juga terjadi pernikahan "siri" yang dia anggap hanya sebagai kedok pemuasan nafsu sesaat belaka,karena menurut pandangannya tidak sesuai dengan ajaran agama yang membolehkan pernikahan semacam itu.
Dalam bukunya ini,Iip Wijayanto juga memaparkan trik-trik dan strategi yang banyak digunakan para pasangan tersebut.
buku ini bukanlah untuk mengajari kiat-kiat sex bebas,tetapi untuk mengingatkan kita semua bahwa banyak terjadi hal-hal seperti itu di kalangan anak -anak kost di samping banyak juga tentunya anak-anak kost yang alim , berakhlak dan bermoral baik.

Ada 1.208 Penderita HIV/AIDS di Yogyakarta



Antara News, 21 Oktober 2010 Yogyakarta (ANTARA News) - Penderita HIV/AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Juli 2010 terdata 1.208 orang, yang secara akumulatif bertambah dari tahun sebelumnya yang hanya 899 penderita. "Tren penderita HIV/AIDS secara akumulatif dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus meningkat," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Daryanto Chadori di Yogyakarta, Kamis. Oleh karena itu, menurut dia dalam forum diskusi wartawan di kantor DPRD DIY, perlu penanganan secara intensif, tidak hanya dari sektor kesehatan, tetapi juga sektor lain secara terpadu dan berkesinambungan. Ia mengatakan, dengan adanya Raperda tentang Penanggulangan HIV/AIDS di DIY dapat dijadikan salah satu upaya untuk mengontrol penyebaran penyakit dan menekan jumlah penderita. "Upaya tersebut penting mengingat saat ini di DIY telah terdapat 85 ibu hamil yang positif terinfeksi HIV/AIDS beserta 21 anak," katanya. Menurut dia, DIY merupakan provinsi yang cukup dipercaya menjadi wilayah yang baik dalam penanganan HIV/AIDS. Hal itu terbukti dengan banyaknya penderita dari daerah lain yang melakukan perawatan di DIY.

"DIY saat ini memiliki empat rumah sakit yang menyediakan layanan pengobatan dengan antiretroviral (ARV), yakni RS Sardjito, Panti Rapih, Bethesda, dan PKU Muhammadiyah," katanya. Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan DIY Achmad Achadi mengatakan hingga Juli 2010 terdapat 163 kasus HIV/AIDS di DIY yang berasal dari penderita di daerah lain, yang terdiri atas 80 penderita positif AIDS dan 83 penderita positif HIV. "Beberapa penderita HIV/AIDS yang ada di DIY saat ini memang berasal dari luar DIY. Hal itu disebabkan ada beberapa daerah yang dekat dengan DIY, seperti Klaten, Magelang, dan Pacitan belum memiliki layanan untuk ODHA," katanya. (B015*H008/M008/S026) Sumber: Antara News

Setiap Bulan Muncul 25-30 Kasus HIV/AIDS di Yogya

TEMPO Interaktif, 05 Agustus 2010 Yogyakarta - Sejak ditemukan pengidap HIV/AIDS di Yogyakarta pada 1992, pengidap virus mematikan tersebut terus bertambah. Pada akhir 2009 tercatat 899 pengidap HIV/AIDS, sementara hingga April 2010 menjadi 1.183 pengidap, atau ditemukan 25-30 kasus baru setiap bulan. “Jumlah itu terbagi menjadi dua, pengidap HIV sebanyak 750 orang dan pengidap AIDS sebanyak 433 orang. Yang meninggal akibat penyakit itu sebanyak 97 orang,” kata A Riswanto, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta saat ditemui pada acara media gathering penulisan mengenai HIV/AIDS di Citra Boga Catering, Sleman, Yogyakarta, Kamis (5/8). Kasus HIV/AIDS terus bertambah akibat hubungan seksual tidak aman, seperti berganti-ganti pasangan, homoseksual dan penggunaan jarum suntik. Penggunaan jarum suntik untuk morfin dan jenis adiktif lainnya sangat tinggi pada era 1990-an, sehingga menjelang 2010 penderita penyakit tersebut semakin tinggi karena masa inkubasi virus HIV berkisar 10 tahunan. Pada era 2010-an penderita HIV/AIDS cenderung disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak sehat. Kasus HIV/AIDS di Yogyakarta tersebut tertinggi di Kota Yogyakarta, disusul Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul. Para penderita penyakit tersebut diberi terapi berupa ART (antiretroval terapi) dengan ARV (antiretroval virus) di beberapa rumah sakit, yaitu di RSUP dr Sardjito, PKU Muhmmadiyah, Panti Rapih dan Bethesda. Dua puskesmas, yaitu di Umbulharjo dan Gedongtengen, juga menangani pengidap HIV dengan pemberian metadon sebagai pengganti putau untuk penyembuhan. “Kalau penderita HIV itu kekebalan tubuh diserang sehingga sel darah putih turun hingga 350 CD4. Jika di bawah itu maka sudah dikategorikan AIDS, normalnya 500-1600,” kata dia. Ia menambahkan, hingga saat ini memang belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut. Tetapi dengan terapi yang dilakukan minimal memberi waktu tambah bertahan hidup bagi para penderita. Humas Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta Dian Purnomo menambahkan, para penderita HIV/AIDS ada yang terbuka ada pula yang tertutup sehingga penanganan juga terkendala dari para penderita. Mereka dapat pengobatan gratis bagi yang tidak mampu atau yang ditangani oleh lembaga swadaya masyarakat. “Memang para penderita banyak yang tertutup, tetapi bagi yang terbuka justru sangat membatu mereka sendiri secara materi maupun psikis,” kata Dian. Sumber: Tempo Interakti